Kriteria Siap-Nikah

Tujuan pacaran yang sebenarnya adalah persiapan menikah. Masalahnya, bagaimana kita bisa tahu bahwa kita sudah sepenuhnya siap menikah dengan si dia? Dengan kata lain, apa sajakah indikator kesuksesan pacaran kita?

Terhadap pertanyaan seperti itu, saya temukan jawaban yang menarik dalam buku M Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an: Kalung Permata buat Anak-Anakku (Jakarta: Lentera Hati, 2008), hlm. 130-131. Mau tahu? Ini dia 22 indikator kesuksesan pranikah yang terkandung di buku tersebut:

1) Tingkat pengenalan [sebelum pacaran]: Lumayan, sekitar enam bulan
2) Masa pertunangan [atau masa pacaran yang disertai komitmen untuk menikah]: Sembilan bulan atau lebih

3) Umur ketika kawin: 20 tahun ke atas untuk wanita dan 22 tahun ke atas untuk pria
4) Perbedaan umur: Lelaki lebih tua atau sebaya

5) Tingkat pendidikan: Berdekatan dalam tingkatannya
6) Kemampuan intelektual: Setingkat

7. Kebahagiaan di masa kecil: Tinggi atau tinggi sekali
8. Kebahagiaan ibu/bapak: Tinggi atau tinggi sekali

9) Hubungan dengan ayah: Erat
10) Konflik dengan ayah: Tidak ada atau sedikit sekali
11) Hubungan dengan ibu: Erat
12) Konflik dengan ibu: Tidak ada atau sedikit sekali

13) Kawan-kawan: Ada [yang menjadi sahabat]
14) Organisasi: Anggota salah satu organisasi [pertanda gaul]

15) Kemampuan penyesuaian [atau saling adaptasi]: Secara umum baik
16) Perhatian terhadap disiplin: Tidak terlalu ketat [contoh: tidak ada yang kecanduan ciuman pacar]
17) Pelaksanaan shalat: Secara umum memuaskan

18. Pekerjaan: Konsentrasi [meniti karir] dalam satu garis jelas
19. Tabungan: Ada, walau sedikit

20) Pengetahuan tentang seks: Ada, walau sekedarnya
21) Hubungan seks: Tidak ada

22) Cara perkawinan: Sesuai dengan peraturan resmi [menurut Pemerintah]

Jika semua atau hampir semua indikator tersebut telah engkau penuhi, maka sukseslah pacaranmu dalam rangka persiapan menikah.

18 Komentar

18 thoughts on “Kriteria Siap-Nikah

  1. Assalamualaikum,

    Pak, sebagian besar kriterianya sudah terpenuhi. Hanya saja, bagaimana dengan pihak laki – laki yang lebih muda dari perempuannya? Saya sedang menghadapi kendala dimana perbedaan umur menjadi masalah yang sering kali muncul dalam hubungan saya dengan calon pasangan yang mengakibatkan tuduhan yang macam – macam seperti zina atau buang – buang waktu saja. Dalam hal ini orang tua pasangan yang keberatan. Saya berumur 22 tahun, 5 tahun lebih muda dari calon pasangan. Saya bekerja sebagai guru les gambar.

    Tanggapan Admin:
    Jawaban M Shodiq Mustika disampaikan dalam bentuk artikel “Konsultasi: Restu orangtua dan keluarga“.

  2. Assalamualaikum

    Pak Ustadz, saya mw curhat sedikit. Boleh ya Pak!
    Begini, dulu saya pernah pacaran sama sodara tapi dari keluarga ibu. Dia adalah anak dari sepupu saya. Usia kami hanya bertaut 3 tahun. Saya 28 tahun dan pacar saya 25 tahun. Kami pacaran diam2 selama setahun. Kami pacaran jaraj jauh, saya di Jakarta dia di Balikpapan. Sampai akhirnya saya ketahuan pacaran sama dia. Akhirnya kita putus krn saya dilarang oleh ibu saya. Lalu 7 tahun kemudian kami bertemu lagi pada saat saya mudik Lebaran tahun lalu. Perasaan itu muncul lagi, akhirnya kami jadian lagi, kali ini dy berniat untuk menikahi saya. Alhamdulillah keluarga dia dan keluarga saya akhirnya menyetujui kecuali Ayah saya. Sampai saat ini ayah saya masih belum setuju. Awalnya alasan krna dilarang Agama, lalu beliau bertanya pada Ustadz dkt rumah ternyata Ustadz tersebut mengatakan boleh. Tapi beliau ttp tidak menyetujui dan kali ini krn alasan Sosial. Saya bingung menghadapi Ayah saya. Dan sekarang pacar saya spertinya jadi ragu. Apalagi dy prnh menerima SMS dari ayah saya yg isinya “Sampai mati tidak akan merestui” Saya sedih sekali Pak Ustadz mendengar beliau berkata seperti itu. Bahkan beliau pernah mengatakan “Jika ingin tetap menikah, Ayah tidak mau menjadi wali. Silakan pake wali hakim, lalu jangan tinggal di sini lagi” Ya Allah, saya sakit hati sekali mendengar ucapan beliau Pak.
    Saya bingung harus bagaimana spy beliau mau merestui kami? Saat ini saya cuma bisa Sholat Tahajud memohon semoga hati Ayah saya akhirnya luluh dan menerima dia.
    Mohon sarannya ya Pak Ustadz, Makasih!

    Wassalamualaikum!

  3. Ping-balik: Konsultasi: Restu orangtua dan keluarga « Pacaran Sehat

  4. Assalamu, alaikum..

    Pak, saya ingin bertanya…menurut bapak gimana sih caranya untuk tau pacar kita itu benar2 tulus menyayangi kita, ato sekedar hanya untuk “menyayangi sampai tujuan tercapai”. saya putus dengan “pacar lama” saya karena dia memang mengajak saya menikah, tapi dia suka melakukan “hal2 yang tidak sehat yang sangat tidak saya suka” seperti pegang tangan, memeluk, dan mencium. lalu saya bersama “pacar baru” yang awalnya tidak seperti “pacar lama” namun akhirnya….sama saja.menurut bapak saya harus apa? karena saya sangat mendambakan pacaran sehat yang bertujuan untuk menikah, dengan tidak didahului dengan hal2 yang dosa. trimakasih banyak sebelumnya.

    Wassalamualaikum…

  5. apakah nikah? musti harus dengan kesuksesan! Knp saya ingin menikah dengan cara islami tetapi agak sulit?

  6. Ping-balik: Konsultasi: Ingin nikah tapi belum mapan « Pacaran Sehat

  7. Assalamu’alaikum, pak ustadz, maaf, saya mau tanya apakah Rasulullah SAW dan para shahabat juga melakukan apa yang pak ustadz sebutkan tentang tahapan2 pacaran atau menuju pernikahan? dan apakah pernikahan sebelum pernikahan terlalu berspekulasi tentang resiko terjerumusnya ke jurang perzinahan minimal persentuhan antara lawan jenis yang memang dilarang dalam islam….(maaf kalo ada kata2 yang kurang berkenan).

    • @ Taufik

      wa’alaykumussalaam

      0) Kamu menyampaikan tanggapan dan pertanyaan secara sopan. Itu sudah bagus. Tidak ada kata-katamu yang kurang berkenan bagiku.

      1) Pertanyaan kita seharusnya: apa yang diajarkan oleh Rasulullah untuk pranikah? Apakah yang beliau ajarkan itu adalah ta’aruf sebagaimana yang kau sangka selama ini? TIDAK. Untuk pranikah, yang beliau ajarkan bukanlah ta’aruf, melainkan tanazhur. (Lihat “Ta’aruf: Sebuah istilah yang asal keren?“)

      2) Pertanyaan berikutnya seharusnya: Apakah Rasulullah menetapkan batasan-batasan untuk tanazhur itu? Jawab: Tidak, kecuali yang sudah ditetapkan oleh Alqur’an, yaitu larangan mendekati zina. (Lihat Pacaran Islami ala Quraish Shihab.)

      3) Mengapa pertanyaannya seharusnya begitu dan bukan seperti yang kau ajukan? Sebab, sesuai kaidah dari ushul fiqih, segala mu’malah itu boleh, kecuali yang dilarang secara qath’i.

  8. Ping-balik: Belum ingin nikah, perlukah taaruf? « Tanazhur PraNikah

  9. mas sodiq….,sebenarnya saya udah punya kriteria di atas,cuma yang no 9yang jadi masalah buat saya.Awalnya hubungan saya dengan ayah saya baik-baik saja.tapi kurang lebih 7tahun ini hubungan kami memburuk,karena ayah saya berselingkuh dengan tetangga dekat.jujurrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr ini membuat saya sangat terpukul.apalagi saya seorang muslimah yang sangat ketat dalam berhijab,walau akhirnya saya mencoba memahami hal itu sebagai ujian untuk saya,tetapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiisemangat untuk menikah saya menjadi kendorrrrrrrrrrrrrrrrrrrr.bahkan saya sekarang lebih suka menyendiri dan asyik mendalami agama.sepertinya MENIKAH menjadi kebutuhan yang tidak penting,dan lebih parah lagi saya seperti tidak terlalu membutuhkan LELAKI.mungkin ini dendam saya kepada ortu yang gak bisa dijadilkan TELADAN.mohon nasehatnya mas.saya sangat selektif untuk urusan JODOH,yang penting agamanya baik dan bisa dijadilan teladan serta berwibawa di mata saya,disamping punya rasa penyayang dan tegas juga ngemong.mohon solusinya.saya takut kalau malah pingin seperti para biarawati.syukron mas sodiq

  10. assalamualaikum…. alhamdulliah aq sekarang ini uda menjalani hub kurang lebih hampir3 bl,. kenalnya uda sekitar 1 tahun, usiaku uda mau menginjak 20 thn, sejak dulu aku ingin kalau seandainya aq mendapat pacar aku tak ingin lama-lama pacaran, aku ingin segera menikah,,, apakah sikapku salah? aku juga binggung aku masih dibutuhkan di keluargaku, ortuku masih membutuhkanku dalam segi materi, yabh walau tak banyak yg bisa ku berikan kepada mereka.. Si dia pun uda tahu masalahnya itu, dan ingin membantu keluargaku, aku sangat sayang dia, tapi aku juga tak mau dia di repotkan dengan masalah keluargaku…. kita uda niat untuk menikah InSyaAllah tahun ini… apakah keputusanku iniudah benar atau? ku mohon sarannya… SuQron……..Wassalam

  11. Ping-balik: Persiapan menjelang pernikahan « this is my nice world

  12. Ping-balik: Belum ingin nikah, perlukah taaruf? « Gaul Islami

  13. aslmkm,
    dulu saya pernah gagal tazanur. saya kira sebabnya cuma no.1 dan no.2, ternyata masalah keluarga yang sedang saya alami (no.9-no.12 tidak terpenuhi pada diri saya) juga merupakan faktor penting 🙂

    sebetulnya saya ingin bertanya juga, ustad. beberapa bulan ini saya baru menyadari bahwa kehidupan keluarga saya tidak seperti keluarga lain yang bahagia dan lurus. orang tua saya dulu melakukan kesalahan yang menyebabkan status pernikahan mereka jadi tidak jelas. masalah ini diperburuk dengan sikap kedua pihak yang tidak setia pada komitmen pernikahan (saya berusaha mencari bahasa sehalus mungkin untuk menjelaskan situasi tanpa menjelek2kan mereka).

    berkali2 masalah datang silih berganti dan saya dipaksa terlibat dalam masalah mereka. tentu saja hal ini melukai saya. mungkin saya bisa mengatasi trauma saya yang menjadikan saya kurang percaya akan lembaga pernikahan, tetapi di sisi lain saya menjadi bingung, masih adakah lelaki baik2 yang mau menikah dengan saya?

    setahu saya, ada empat alasan mengapa wanita dinikahi, salah satunya adalah karena keturunannya. akan tetapi bagi saya yang berasal dari keluarga broken home ini, masihkah saya memperoleh kesempatan yang setara dengan orang lain?

    sekedar info tambahan, selama ini juga “kehidupan cinta” saya masih jauh dari memuaskan.

    saya akan sangat senang jika ustad bersedia meluangkan waktu untuk menjawab persoalan saya. semoga Allah melimpahkan banyak pahala kepada ustad yang telah menginspirasi banyak pembaca 🙂

Komentar ditutup.