Nabi Muhammad pun pernah pacaran (tetapi secara islami)

Sejumlah orang masih belum mengerti mengenai pacaran dalam Islam. Mereka menyangka: “Islam hanya mengenal ta’aruf sebelum pernikahan.” Lantas untuk menolak islamisasi pacaran, mereka pun mengajukan pertanyaan: “Apakah pernah Siti Khadijah pernah pacaran dengan Nabi Muhammad SAW sebelum menikah? Apakah pernah salah satu sahabat Rasullah SAW pernah pacaran sebelum menikah? Bukankah pacaran itu merupakan produk Barat?”

Berikut adalah tanggapan dan jawaban saya, M Shodiq Mustika:

Pacaran bukanlah produk Barat. Pada zaman Nabi Muhammad SAW pun sudah terdapat budaya “pacaran” (dalam arti “saling ekspresikan cinta”). Beliau tidak melarangnya, tetapi justru merestuinya. Lihat artikel Sikap Nabi terhadap Orang yang Ekspresikan Cinta.

Tidaklah benar bahwa Islam mensyariatkan “ta’aruf sebelum pernikahan”. Yang disyariatkan adalah tanazhur, yang kami sebut sebagai pacaran islami. Lihat artikel “Taaruf: Sebuah istilah yang asal keren?

Nabi Muhammad SAW dan para sahabat pun pernah “pacaran” (dalam arti “bercinta pra-khitbah“) sebelum menikah. Metode “pacaran” yang mereka gunakan adalah tanazhur (saling menaruh perhatian). Lihat, sekali lagi, artikel “Taaruf: Sebuah istilah yang asal keren?

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku telah diberi karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku.” (HR Muslim, Bab “Keutamaan Khadijah”)

Ibnu al-Atsir menceritakan dalam Tarikh-nya bahwa setelah mendengar kabar tentang sifat-sifat Muhammad SAW, Siti Khadijah menawarkan kesempatan kepada beliau untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Tawaran ini diterima dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar (daripada bila dibawa oleh orang lain). Lantas, Ibnu al-Atsir mengungkapkan “Siti Khadijah sangat gembira menerima keuntungan yang besar itu, tetapi kekagumannya kepada orang yang telah diujinya itu jauh lebih mendalam.” (Kekaguman yang mendalam inilah yang kita kenal sebagai rasa CINTA. Sedangkan ekspresinya kita sebut sebagai “bercinta“.)

Perhatikanlah bahwa diantara mereka berdua tidak hanya terjadi proses taaruf (dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dsb). Diantara mereka ternyata terdapat pula “interaksi yang mendalam” dalam bentuk kerjasama bisnis. Interaksi yang mendalam seperti itulah salah satu perbedaan utama antara pacaran islami dan taaruf. Lihat artikel “Taaruf dan pacaran islami: Mana yang lebih efektif?

Pola pacaran islami (alias tanazhur) dengan model kerjasama ala Khadijah-Muhammad itu dapat kita jadikan teladan. Dengan si dia yang Anda sayangi, Anda dapat menjalin kerjasama bisnis, belajar bersama, atau pun melakukan kegiatan bersama lainnya yang membawa manfaat sebesar-besarnya. Justru kalau Anda hanya bertaaruf dengan si dia tanpa interaksi yang mendalam, maka Anda belum sepenuhnya memenuhi Sunnah Nabi tersebut.

119 thoughts on “Nabi Muhammad pun pernah pacaran (tetapi secara islami)

  1. Ping-balik: Mengapa pacaran? « Satria's Blog

  2. Pak admin, seingat saya Muhammad menikah dengan Siti Khadijah ketika beliau berusia 25 tahun.

    Kemudian pada usia 40 tahun beliau diangkat oleh Allah swt. menjadi seorang Nabi dan Rasul, yang membawa petunjuk dan kebenaran serta menjadi tauladan buat kita.

  3. Ping-balik: Mufiany's Blog

  4. Ping-balik: Ciuman dalam Pacaran: antara fakta dan mitos « supriatmancikatas

  5. Ping-balik: Ciuman dalam Pacaran | This is Live

  6. Ping-balik: Pacaran dalam ISLAM | Remaja AL-MADINAH

  7. Ping-balik: Remaja Islam Masa Kini – Dunia Jilbab

Komentar ditutup.