Sebuah debat sengit mengenai “izin berzina”

Pada beberapa waktu yang lalu, berlangsung sebuah diskusi panas di MyQuran. Topiknya, hukum pacaran dalam Islam. Di situ, ada beberapa perdebatan sengit yang menarik untuk kita petik hikmahnya. Satu diantaranya, Kaezzar vs Nursandhi. Siapa Kaezzar, saya tidak tahu. Sedangkan Nursandhi adalah seorang “salafi” yang amat getol menentang keberadaan blog kita, Pacaran Islami. Dialah yang membangun blog pacaranislamikenapa. Di MyQuran, Nursandhi menggunakan nickname: l4tahzan. Berikut ini sebagian dari perdebatan mereka berdua, yang saya sisipi dengan sedikit komentar.

Pada mulanya, sejumlah netter menghujat saya karena saya mendukung pacaran islami. Ketika saya mengungkap hadits mengenai perlunya berdakwah secara lembut dalam perkara “izin berzina”, mereka masih menggunakan kata-kata yang kasar. Diantaranya, pada 6 November 2007, seorang aktivis forum MyQuran mengata-ngatai saya:

Shodiq, kurang gaul kamu ya,…. Atau kamu sedang promosi buku di sini ya…?
Demi uang kamu mengobrak abrik agama, …. menghalalkan segala cara demi uang, wah,…dajjal juga kamu yakh…

Lalu pada 10 November 2007, 06:40:04 pm, Kaezzar mengungkapkan:

Hadits itu tidak dijadikan dasar oleh pak shodiq [untuk bolehnya pacaran secara islami].
Hadits itu dimaksudkan untuk counter terhadap adanya makian dan cacian yg ditujukan ke si blogger [yang mendukung pacaran islami]
Jadi maksudnya, dalam berdakwah untuk melarang perbuatan zina yg terang2an saja, Rasul menggunakan pendekatan yg sedemikian halusnya…jadi kenapa para pihak kontra tidak mencontoh dakwah Rasul…padahal pacaran itu sendiri belum tentu mendekati zina
Jadi poin utamanya cuma masalah etika dalam berdakwah aja…

Ya, memang begitu maksud saya. Syukurlah Kaezzar memahaminya.

Namun l4tahzan berpandangan lain. Pada hari yang sama, 08:03:14 pm, ia berkomentar:

meski rasulullah SAW menjawab dengan lemah lembut tidak kemudian zina itu menjadi halal. Dengan konteks yang sama, … meski kita berdakwah lemah lebut kepada mereka yang ingin berpacaran, tetapi tidak serta merta pacaran itu menjadi halal.

Tapi pak shodiq kan tidak begitu, dengan dalih ‘lemah lembut’ terhadap mereka yang berpacaran, justru menciptakan syubhat baru pacaran islami ala beliau, disinilah salah satu kesalahan fatal beliau dalam memahami dalil, dan ternyata banyak dalil yang beliau tempatkan tidak pada tempatnya.

Manakah yang benar antara dua pandangan yang berbeda ini? Kaezzar ataukah l4tahzan? Anda bisa memeriksanya sendiri. Anda bisa memeriksa, benarkah saya berdalih ‘lemah lembut’ untuk menciptakan syubhat baru berupa pacaran islami. Silakan periksa apakah saya menggunakan hadits itu ketika pada satu bulan sebelum debat tersebut berlangsung, saya mengungkap dalil-dalil mengenai halal-haram pacaran. Setelah itu, Anda pun dapat memeriksa sendiri apakah dalil-dalil tersebut saya “tempatkan tidak pada tempatnya”. Silakan periksa artikel saya mengenai “penempatan dalil-dalil” tersebut, yang saya publikasikan di sini pada enam hari sebelum perdebatan tersebut berlangsung.

Terhadap pernyataan l4tahzan itu, Kaezzar mengungkapkan kembali kata-katanya di atas. Akan tetapi, Nursandhi alias l4tahzan kemudian berusaha menguatkan pandangannya itu dengan kata-kata berikut:

Saya ga tahu apakah akh kaezzar sudah membaca dan merenungi dengan utuh tulisan “izinkan aku berzina” pak Shodiq itu. Memang hadits tsb tidak dijadikan dalil ‘bolehnya’ berpacaran, tetapi dengan dalih ‘kelemah lembutan dalam dakwah’ yang disandarkan pada hadits tsb, pak Shodiq ingin mengarahkan pemahaman pembaca awam tentang “kemungkinan” halalnya pacaran ala beliau. Maksud beliau, mungkin beliau ingin berdakwah dengan “lemah lembut” kepada mereka yang berpacaran, tetapi … kelemah lembutan rasulullah SAW dalam menasehati orang yang ingin berzina itu tidak lantas menjadikan zina itu boleh meski sedikit (katakanlah begitu), lain halnya yang dilakukan oleh pak Shodiq, beliau justru mengarahkan pemahaman pembaca awam kepada bolehnya “berpacaran ala beliau” dengan dalih kelemahlembutan pada hadits “izinkan aku berzina” tsb.

Rupanya perdebatan tersebut mulai cenderung menjadi debat-kusir. Di satu pihak, Kaezzar yakin bahwa hadits itu hanya berkenaan dengan cara dakwah, bukan mengenai halalnya pacaran secara islami. Namun di pihak lain, Nursandhi alias l4tahzan bersikukuh bahwa hadits itu saya gunakan sebagai dalih untuk menghalalkan pacaran. Padahal, pada saat debat itu berlangsung, Nursandhi sudah tahu bahwa saya telah mengungkap dalil-dalil mengenai halal-haram pacaran, yang di dalamnya sama sekali tidak menyebut hadits itu. Bukti bahwa Nursandhi sudah mengetahuinya adalah bahwa pada sekitar tiga minggu sebelum debat tersebut, Nursandhi sudah memposting artikel yang menanggapi pengungkapan dalil-dalil tersebut. Karenanya, sungguh saya tidak mengerti mengapa Nursandhi masih saja bersangka buruk bahwa saya berdalih dengan hadits itu untuk menunjukkan halalnya pacaran secara islami.

Untungnya, sebelum debat kusir berlarut-larut, Kaezzar mengakhiri perdebatan tersebut dengan kata-kata manis:

Maaf sekali lagi, bukannya saya marah ataw tersinggung, tapi jujur saya sangat menyayangkan beberapa sikap saudara2 saya disini dengan beberapa tuduhan, cacian, atawpun prasangka buruk.
Saya pikir dalam sebuah diskusi, sangat tidak perlu untuk melakukan “serangan” entah itu halus ataw kasar. Karena jujur, niat saya di sini hanya berdiskusi…bukan mencari pembenaran ataw mengakali syariat…saya hanya berusaha kritis dalam memandang sesuatu…as simple as that…

Wassalam

Menanggapi pernyataan manis tersebut, l4tahzan masih mengajak Kaezzar berdebat dalam berbagai topik. Akan tetapi, l4tahzan alias Nursandhi itu tidak lagi mengangkat topik yang menjadi bahan perdebatan di atas. Sejak itu hingga kini, Nursandhi tidak lagi mempersoalkannya. Alhamdulillaah….

17 thoughts on “Sebuah debat sengit mengenai “izin berzina”

  1. di artikel ‘izinkan aku berzina’ tiada kalimat yang jelaskan pacaran halal
    jadi, benar kaezzar, itu perkara dakwah

  2. nah…mendingan bicarain ini.
    sekedar informasi aja : AKK-BB sudah bubar Mas, digebukin FPI, kacian banget….!

  3. namanya pacaran ada batasan ada norma2 yang harus di patuhi ( agama susila adat masyarakat).
    `kalo sebatas makan, jalan, nonton gak masalah kan! tapi kalo sampe raba2 tidur bareng itu bukan pacaran ( tapi zina gratis)`.

  4. Ping-balik: » Sebuah debat sengit mengenai "izin berzina" Abi 2000: What The World Is Saying About Abi 2000

  5. menikahlah

    Tanggapan M Shodiq Mustika:
    Yadhi ada-ada saja. Saya sudah lama menikah. Anak sudah dua. Perempuan dan laki-laki. Disuruh menikah lagi?
    Ataukah Yadhi belum membaca artikel di atas dengan selengkapnya, sehingga menulis komentar yang menyimpang dari topik pembicaraan (yaitu cara berdakwah mengenai “izin berzina”)?

  6. saya sangat ad forum ini.jadi kita para muslim bisa mengetahui dalam islam itu seperti apa sih batasannya dalam pacaran, jarang2 ada forum kaya gni,kalau menrut saya forum ini tidak menganjurkan muslim untuk berpacaran atw pacaran yang mendekati zina, forum ini untuk konsultasi, bagaimana sih islam memandang pacaran, apa sih batasannya.

Komentar ditutup.