Fiqih Pacaran

Ibnu Qayyim Al-Juziyah (atau Al-Jauziyyah) sungguh menakjubkan. Inilah yang kami rasakan ketika membaca buku terjemahan kitab beliau, Raudhatul Muhibbiin, yang berjudul Taman Orang-orang Jatuh Cinta, terj. Bahrun AI Zubaidi, Lc (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006).

Bagaimana tidak menakjubkan? Di buku setebal 930 halaman tersebut, orang yang jatuh cinta ditawari “rahmat dan syafaat” (hlm. 715 dst.). Selain itu, beliau mengarahkan pembaca untuk “menyeimbangkan dorongan hawa nafsu dan potensi akal” (hlm. 29 dst.). Hal-hal semacam ini jarang kami temui di buku-buku percintaan yang pernah kami baca.

Memang, sebagaimana ulama-ulama besar lainnya, beliau pun menekankan “cinta kepada Allah” dan “cinta karena Allah” (hlm. 550). Namun, beliau ternyata juga membicarakan fenomena “pacaran islami”, suatu topik sensitif yang sering dihindari banyak ulama. Beliau mengungkapkannya (bersama-sama dengan persoalan lain yang relevan) di sub-bab “Berbagai hadits, atsar, dan riwayat yang menceritakan keutamaan memelihara kesucian diri” dan “Cinta yang suci tetap menjadi kebanggaan” (hlm. 607-665).

Di situ, kami jumpai istilah “pacaran” muncul tujuh kali, yaitu di halaman 617, 621 (lima kali), dan 658. Adapun istilah-istilah lain yang menunjukkan keberadaan aktivitas tersebut adalah “bercinta” (hlm. 650), “gayung bersambut” (hlm. 613), “saling mengutarakan rasa cinta” (hlm. 620-621), “mengapeli” (hlm. 642-643), “berdekatan” (hlm. 617), dan sebagainya.

Sekurang-kurangnya, kami jumpai ada sembilan contoh praktek pacaran islami yang diceritakan oleh Ibnu Qayyim di situ. Dari contoh-contoh itu, dan dari keterangan beliau di buku tersebut, kami berusaha mengenali ciri khas “pacaran islami” ala Raudhatul Muhibbiin. Ini dia tujuh diantaranya:

  1. mengutamakan akhirat
  2. mencintai karena Allah
  3. membutuhkan pengawasan Allah dan orang lain
  4. menyimak kata-kata yang makruf
  5. tidak menyentuh sang pacar
  6. menjaga pandangan
  7. seperti berpuasa

1) MENGUTAMAKAN AKHIRAT

Pada dua contoh, pelaku “pacaran islami” ditawari kenikmatan duniawi (zina), tetapi menolaknya dengan alasan ayat QS Az-Zukhruf [43]: 67, “Teman-teman akrab pada hari [kiamat] itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (hlm. 616 dan 655) Maksudnya, mereka yang islam itu lebih memilih kenikmatan ukhrawi daripada kenikmatan duniawi (ketika dua macam kenikmatan ini bertentangan).

Adapun pada bab terakhir, Ibnu Qayyim (dengan berlandaskan QS Al-Insaan [76]: 12) menyatakan, “Barang siapa yang mempersempit dirinya [di dunia] dengan menentang kemauan hawa nafsu, niscaya Allah akan meluaskan kuburnya dan memberinya keleluasaan di hari kemudian.” (hlm. 918)

2) MENCINTAI KARENA ALLAH

Pada suatu contoh, diungkapkan syair: “Sesunggguhnya aku merasa malu kepada kekasihku bila melakukan hal yang mencurigakan; dan jika diajak untuk hal yang baik, aku pun berbuat yang baik.” (hlm. 656)

Syair tersebut menggambarkan bahwa percintaannya “menghantarkannya untuk dapat meraih ridha-Nya” (hlm. 550). Menghindari hal yang mencurigakan dan menerima ajakan berbuat baik itu diridhai Dia, bukan?

Lantas, apa hubungannya dengan “cinta karena Allah”? Perhatikan:

Yang dimaksud dengan cinta karena Allah ialah hal-hal yang termasuk ke dalam pengertian kesempurnaan cinta kepada-Nya dan berbagai tuntutannya, bukan keharusannya. Karena sesungguhnya cinta kepada Sang Kekasih menuntut yang bersangkutan untuk mencintai pula apa yang disukai oleh Kekasihnya dan juga mencintai segala sesuatu yang dapat membantunya untuk dapat mencintai-Nya serta menghantarkannya untuk dapat meraih ridha-Nya dan berdekatan dengan-Nya. (hlm. 550)

3) MEMBUTUHKAN PENGAWASAN ALLAH DAN ORANG LAIN

Pada suatu contoh, pelaku “pacaran islami” bersyair: “Aku punya Pengawas yang tidak boleh kukhianati; dan engkau pun punya Pengawas pula” (hlm. 628).

Pada satu contoh lainnya, Muhammad bin Sirin mengabarkan bahwa “dahulu mereka, saat melakukan pacaran, tidak pernah melakukan hal-hal yang mencurigakan. Seorang lelaki yang mencintai wanita suatu kaum, datang dengan terus-terang kepada mereka dan hanya berbicara dengan mereka tanpa ada suatu kemungkaran pun yang dilakukannya di kalangan mereka” (hlm. 621).

4) MENYIMAK KATA-KATA YANG MAKRUF

Pada suatu contoh, ‘Utsman Al-Hizami mengabarkan, “Keduanya saling bertanya dan wanita itu meminta kepada Nushaib untuk menceritakan pengalamannya dalam bentuk bait-bait syair, maka Nushaib mengabulkan permintaannya, lalu mendendangkan bait-bait syair untuknya.” (hlm. 620)

Pada enam contoh, para pelaku pacaran islami “saling mengutarakan rasa cintanya masing-masing melalui bait-bait syair yang indah dan menarik” (hlm. 620-621).

Pada suatu contoh, pelaku pacaran islami mengabarkan, “Demi Tuhan yang telah mencabut nyawanya, dia sama sekali tidak pernah mengucapkan kata-kata yang mesum hingga kematian memisahkan antara aku dan dia.” (hlm. 628)

5) TIDAK MENYENTUH SANG PACAR

Pada suatu contoh, pelaku pacaran islami menganggap jabat tangan “sebagai perbuatan yang tabu” (hlm. 628).

Pada dua contoh, pelaku pacaran islami tidak pernah menyentuhkan tangannya ke tubuh pacarnya. (hlm. 634)

Pada satu contoh lainnya, pelaku pacaran islami “berdekatan tetapi tanpa bersentuhan” (hlm. 621).

Sementara itu, Ibnu Qayyim mengecam gaya pacaran jahili di zaman beliau. Mengutip kata-kata Hisyam bin Hassan, “yang terjadi pada masa sekarang, mereka masih belum puas dalam berpacaran, kecuali dengan melakukan hubungan sebadan alias bersetubuh” (hlm. 621).

6) MENJAGA PANDANGAN

Di antara contoh-contoh itu, terdapat satu kasus (hlm. 617) yang menunjukkan bahwa si pelaku pacaran islami “dapat melihat” kekasihnya. Akan tetapi, Ibnu Qayyim telah mengatakan “bahwa pandangan yang dianjurkan oleh Allah SWT sebagai pandangan yang diberi pahala kepada pelakunya adalah pandangan yang sesuai dengan perintah-Nya, yaitu pandangan yang bertujuan untuk mengenal Tuhannya dan mencintai-Nya, bukan pandangan ala setan” (hlm. 241).

7) SEPERTI BERPUASA

Ibnu Qayyim menyimpulkan:

Demikianlah kisah-kisah yang menggambarkan kesucian mereka dalam bercinta. Motivasi yang mendorong mereka untuk memelihara kesuciannya paling utama ialah mengagungkan Yang Mahaperkasa, kemudian berhasrat untuk dapat menikahi bidadari nan cantik di negeri yang kekal (surga). Karena sesungguhnya barang siapa yang melampiaskan kesenangannya di negeri ini untuk hal-hal yang diharamkan, maka Allah tidak akan memberinya kenikmatan bidadari nan cantik di negeri sana…. (hlm. 650)

Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba bersikap waspada dalam memilih salah satu di antara dua kenikmatan [seksual] itu bagi dirinya dan tiada jalan lain baginya kecuali harus merasa puas dengan salah satunya, karena sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan bagi orang yang menghabiskan semua kesenangan dan kenikmatan dirinya dalam kehidupan dunia ini, seperti orang yang berpuasa dan menahan diri darinya buat nanti pada hari berbukanya saat meninggalkan dunia ini manakala dia bersua dengan Allah SWT. (hlm. 650-651)

Begitulah tujuh ciri khas pacaran islami ala Raudhatul Muhibbiin dalam pandangan kami. Bagaimana dengan Anda? Tolonglah beritahu kami apa saja ciri khas pacaran islami ala Raudhatul Muhibbiin dalam pandangan Anda!

55 Komentar

55 thoughts on “Fiqih Pacaran

  1. Ada juga beberapa ulama klasik yg membahas topik Cinta dgn detail,
    tentunya dgn gaya bahasa sesuai zamannya…

    Buku terjemahan yg berjudul “Di Bawah Naungan Cinta” karya Ulama besar
    Madzhab Adz-Dzhohiri, yaitu Imam Ibnu Hazm Al-Andalusy (Spanyol
    tatkala Islam berkuasa), bisa menjadi bahan referensi tambahan sejenis
    seperti karya Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah.

    Ane baru diberikan oleh teman, sedang menyicil membaca buku tsb.

    Semoga input ini bermanfaat bagi kita semua.

    Wassalam,

    Nugon

  2. Ping-balik: Kelirunya Terjemahan Sebuah Hadits Cinta « Pacaran Islami

  3. Memang itu sesuatu yang ideal dan adalah muslim yang sempurna (kaffah) jika bisa melakukan hal itu. Mudah-mudahan ummat Muhammad menyadari hal tersebut dan berusaha sungguh sungguh untuk mengetrapkannya. Amiin.

  4. Ping-balik: Ibnu Qayyim memang menerima keberadaan pacaran yang islami « Bukan Zina

  5. Benar, sudah begitu jelas dan gamblang apa yg ditulis oleh syaikhul islam ibnul qoyyim. … wallahu’alam

  6. Assalamu’alaikum , salam knl untuk semua…maaf saya mau tanya apakah pacaran di anjurkan dalam islam?…….saya org awam…tp yg saya tau mendekatipun di larang oleh agama apalagi berpacaran…..tolong di jelaskan trmsh…

    Tanggapan Admin:

    Pacaran itu tidak identik dengan “mendekati zina”. Penjelasannya sudah ada di dalam artikel di atas. Bagian manakah yang belum jelas?

  7. Hmmmm.. jadi dari tulisan Ibnu Qayyim tsb ya Bapak memakai istilah pacaran islami. Penjelasan Ibnu Qayyim tentang Ibnu Qayyim tentang hubungan cinta laki-laki dan perempuan yang belum menikah memang tidak salah.

    Tetapi apa yang dipaparkan beliau adalah sangat ideal, apakah bisa generasi sekarang berperilaku seperti apa yang dijelaskan beliau?

    generasi sekarang, generasi kita sangat lemah, walaupun sudah dijelaskan tentang batasan2nya, tetap saja hati dan pikiran serta jasad sangat sulit untuk berperilaku seperti apa yang telah dijelaskan oleh Ibnu Qayyim.sangat sulit!

    Islam tidak melarang cinta kepada lawan jenis, sama sekali tidak.
    yang dilarang islam adalah zina, mendekati zina, hati serta pikiran menjadi lalai karena urusan dunia (salah satunya cinta yang kita bahas ini).

    maka dari itu apabila yang disebut “pacaran islami” itu nantinya bila dijalankan malah lebih condong kepada aktivitas hati, pikiran, dan jasad yang melalaikan dan membawa dosa, lebih baik JAUHI “pacaran islami” itu,

    tetapi apabila setiap pelaku yang akan melakukan “pacaran islami” BERANI MENJAMIN bahwa diri mereka tidak akan terjebak dalam kelalaian dan dosa,seperti yang dipaparkan Ibnu Qayyim, maka silakan saja.

    Tetapi, sekali lagi kita manusia lemah, menjaga diri sebelum kita terjebak dalam keburukan dan dosa adalah lebih baik, sebelum kita tercebur dalam kubangan dosa, yang barangkali jika kita sudah berada di dalamnya, kita tidak sadar bahwa kita sudah berbuat kesalahan, Na’udzubillah.

    Kan sudah ada jalan yang lebih aman, dengan ta’aruf (melalui perantara orang yang terpercaya tentunya, ex. murobbi), mengapa masih memilih jalan yang terlalu beresiko?

    Jika belum mampu untuk ta’aruf yang dilanjutkan dengan khitbah serta menikah, Rasulullah saw, sudah memberi kita solusinya, PUASA!

    Jika memang kita bener2 muslim yang hanif, maka kita pasti akan bisa menilai mana yang nantinya akan membawa kita pada kebaikan, dan mana yang nantinya malah membawa kita kepada keburukan dan dosa.
    Bila kita masih lemah dalam pemahaman, teruslah belajar, bukalah hati untuk ikhlas menerima kebaikan.

    nb: bukan berarti saya menyalahkan pemaparan Ibnu Qayyim, beliau benar dengan apa yang beliau sampaikan, masalahnya adalah pada diri kita.

    Tanggapan M Shodiq Mustika:

    Para ulama mengakui bahwa dalam Islam, tidak ada larangan pacaran. Namun, sebagian aktivis dakwah menentang keberadaan “pacaran islami” alias “tanazhur pranikah” atau “bercinta sebelum khitbah“. Alasan mereka adalah penerapan kaidah saddudzdzari’ah, yaitu “upaya pencegahan agar sesuatu yang tidak kita inginkan [yaitu zina] tidak terjadi”. (UPDATE: Yang dimaksud dengan “bercinta” di situs ini bukanlah “berhubungan seksual”. Lihat https://pacaranislami.wordpress.com/2007/04/11/12-alasan-mengapa-bercinta-sebelum-menikah/.)

    Upaya “pencegahan untuk berjaga-jaga” itu memang perlu kita hargai. Mungkin hati mereka sangat pilu memprihatinkan kebobrokan moral yang kadang-kadang terdapat pada budaya pacaran pada umumnya.

    Sungguhpun demikian, kita menyayangkan sikap mereka yang sangat berlebihan dalam upaya tersebut. Begitu berlebihannya upaya mereka dalam “pencegahan untuk berjaga-jaga”, sampai-sampai mereka mengharamkan segala bentuk pacaran, sesuatu yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Mereka kurang memperhatikan adanya kebaikan dalam “pacaran islami” alias “tanazhur pranikah”. Mereka pun lupa akan kesulitan yang akan menimpa muda-mudi Islam jika larangan “tanazhur pranikah” itu diterapkan secara mutlak.

    Kaidah saddudzdzari’ah itu sering diangkat ke permukaan tanpa disertai alasan yang kuat, antara lain seperti yang kami singgung dalam artikel Haramkah “jalan menuju zina”. Oleh sebab itu, telah kami sampaikan beberapa karakteristik hukum Islam yang relevan dengan persoalan ini. Lihat https://pacaranislami.wordpress.com/2007/10/09/berilah-kemudahan-bercinta-daripada-mencegah-zina-secara-berlebihan/

  8. knp bpk dlm menulis pacaran dan pacaran islami pake tanda petik, apa ini menandakan bahwa istilah ini hanya karangan bpk sendiri. apa istilah pacaran dan pacaran islami dlm kitab ibnul qoyyim itu.
    tolong sebutkan nama2 ulama yg pro pacaran islami+kitab karangannya

    Tanggapan M Shodiq Mustika:
    Yang saya beri tanda petik itu banyak, bukan hanya dua istilah itu. Silakan periksa tulisan2 saya.
    Istilah “pacaran” ada dalam kamus, silakan periksa.
    Istilah “pacaran islami” sudah ada jauh sebelum saya membicarakannya.
    Istilah “pacaran islami” merupakan istilah dalam bahasa Indonesia; tentu saja tidak ada dalam kitab berbahasa Arab. Tapi aktivitas pacaran disinggung dalam kitab Ibnu Qayyim sebagaimana sudah diungkap dalam artikel di atas.
    Artikel di atas itu jelas menunjukkan bahwa Ibnu Qayyim tidak menentang pacaran islami. Saya tidak perlu menyebut apa saja kitabnya karena sudah sangat terkenal.
    Untuk ulama lain, silakan periksa artikel-artikel:
    Siapa sajakah ulama terkemuka yang menetapkan fatwa haramnya pacaran?
    Mesra Tanpa Zina
    Benarkah ulama Ikhwanul Muslimin mengharamkan pacaran? (2)
    Benarkah ulama Ikhwanul Muslimin mengharamkan pacaran? (1)

  9. saya sangat kasihan dengan penulis yang cuma mencari sensasi saja. jelas saja banyak orang yg mendukung tulisan ini karena yg dimainkan disini adalah syahwat. penulis dengan seenaknya mengartikan istilah-istilah di buku Ibnu Qoyyim dengan istilah yg mendukung syahwatnya dan yg ditampilkan dari buku itupun juga hal2 yg mendukung syahwatnya. yach begini ini orang yg tak paham. kita kasihan pada orang yg semacam ini.

  10. saya sebenarnya setuju dengan pendapat Anda. saya mungkin bisa menangkap beberapa hal yang Anda kemukakan pada artikel diatas. memang saya juga tahu bahwa tidak ada pacaran dalam Islam, namun yang saya tangkap dari artikel diatas, yang Anda tampilkan adalah pacaran dalam istilah persiapan sebelum menikah (benar nggak ya???) lebih tepatnya mungkin persiapan dalam menghadapi pernikahan menurut kaidah Islam. mungkin ada orang yang kurang setuju dalam hal ini dikarenakan mereka salah menafsirkan isi artikel Anda dan dikarenakan tidak maunya mereka membuka pikiran lebih luas dan lapang lagi tetntang sesuatu hal. buat admin : tetaplah berjuang, bersabar, dan slalu semangat karena mungkin pandangan setiap orang itu berbeda. (maaf bila tanggapan saya ini salah dan tidak berkenan di hati admin dan juga pembaca yang lain), wassalam…

    Tanggapan Admin:
    Ya, terima kasih atas dukungannya. 🙂

  11. mas yang perlu belajar dan mengkaji Islam secara benar itu anda,pemahaman anda tu masih sangat dangkal dan kekanak-kanakan.
    pada para yang sepakat,tanyalah pada ahlinya yang tidak mengedepankan syahwat tapi mengedepankan keimanan.niscaya akan sangat jelas mana yang benar dan yang salah.

    Tanggapan Admin:
    Kami sudah lama bertanya: Siapa sajakah ulama terkemuka yang menetapkan fatwa haramnya pacaran?
    Hasilnya, jelaslah bahwa yang benar adalah yang TIDAK mengharamkan pacaran.

  12. {Pacaran itu tidak identik dengan “mendekati zina”. }
    Jika kita sudah cinta pada lawan jenis, dan melakukan jalinan pacaran, akan sangat munafik bagi orang2 yang saling cinta ini dapat menahan hawa napsu. Jangan dekati api lah!!

    Tanggapan Admin:
    1) Mestinya kita salut dong, pada saudara kita yang mampu menjaga diri dari perzinaan ketika pacaran! Lalu kita doakan semoga mereka dan kita bisa senantiasa menjaga diri seperti itu. Kalo mengata-ngatai “sangat munafik”, apa untungnya? Bukannya malah nambah dosa?
    2) Panduan Pacaran Islami bukanlah ibarat bermain api

  13. Ping-balik: Dicari: Naskah artikel untuk buku praNikah Islami « Dunia Penulis

  14. Alhamdulillah di pengunjung blog ini masih ada yang pikirannya bersih, jernih dan tidak mengedepankan hawa nafsu. Beda halnya dengan si Shodiq ini yang dengan enteng dan dangkalnya mentafsirkan pacaran (yang jelas2 harom) adalah hal yang diperbolehkan bahkan harus didukung bila tidak sampai berbuat zina. Masya’ Alloh!
    ini salah satu bukti kemunduran umat Islam saat ini. Yang baru tau sedikit berlagak sok tahu, yang masih belum tahu tanpa pikir panjang mengambil pendapat yang sok tahu tanpa mengkaji dan membandingkan dengan pendapat ulama-ulama lain yang masih hanif.
    Yang dapat saya simpulkan dari si Shodiq ini dia orang LIBERAL yang berani mereduksi kandungan Qur’an dan mengkritik Sunnah Rasulullah.Kalau si shodiq dari awal ngaku orang LIBERAL saya gak akan ada masalah dengan tulisan apapun yang kontroversial yang dia tuliskan.
    Paling komment saya ini tidak berani dia tampilkan.

  15. buat penulis blog ini :
    He..he..he anda ini lucu,jadi ingat ada ghazwul fikri,ah malas membahasnya.
    Kayaknya sudah banyak yang mulai menghack blog anda ini,
    ya hati2 aja, dunia maya itu seperti dunia dengan hukum rimba,
    klo anda berani mengutarakan pikiran kontroversial itu pasti ada
    yang berani memulai kreativitasnya untuk latihan menyerang web/blog, he…he..

  16. Ping-balik: Pandangan yang kontroversial « Bukan Zina

  17. @ Amri

    Tujuan pacaran islami itu memang supaya mantap menikah.

    @ Kopral Bambang

    1) Biarlah Allah Sang Mahatahu yang menilai siapakah yang sesungguhnya mengedepankan hawa nafsu dan sok tahu.

    2) Manakah dalil qath’i yang jelas2 mengharamkan pacaran? Lihat Halal-Haram Pacaran (Dalil Mana Yang Lebih Kuat?) dan Bantahan terhadap Penentang Dalil Pacaran.

    3) Interaksi pria-wanita yang TIDAK mendekati zina memang perlu didukung. Apa salahnya? Aneh sekali mengapa Anda justru menentang perilaku islami yang TIDAK mendekati zina. Atas dasar apa?

    4) Kami sudah mengkaji pendapat ulama-ulama yang “hanif” (lurus). Lihat Panduan Pacaran dan Siapa sajakah ulama terkemuka yang menetapkan fatwa haramnya pacaran? Bahkan, artikel yang sedang Anda komentari ini pun merujuk kepada Ibnu Qayyim. Apakah Anda belum tahu bahwa beliau itu tergolong ulama yang “hanif”? Selain itu, kami pun sudah memeriksa bahwa Muhammadiyah menerima keberadaan pacaran dalam Islam. Apakah dengan demikian, Anda beranggapan bahwa ormas Islam ini telah menyimpang dari Islam?

    5) Janganlah Anda bersangka-buruk tanpa bukti sama sekali! Di kalimat manakah saya mereduksi kandungan Al-Qur’an? Di kalimat manakah saya mengkritik sunnah Rasulullah?

    6) Walau tidak marah dijuluki “liberal”, saya tidak mengklaim diri sebagai “orang liberal”. Saya lebih suka disebut “muslim pengikut Nabi Muhammad“.

    7) Tulisan yang kontroversial menurut Anda dan teman-teman Anda belum tentu kontroversial pula dalam pandangan orang lain. Bagi teman-teman kami, justru pandangan Andalah yang kontroversial karena Anda menentang perilaku islami yang TIDAK mendekati zina.

    8) Benarkah kami tidak berani menampilkan komentar Anda tersebut? Para pembaca bisa memeriksa sendiri komentar Anda yang bahkan kami kutip di sana.

    @ Z3kalitriplez

    Di manakah letak kelucuan penulis blog ini? Blog ini sudah ratusanribu kali dikunjungi oleh ribuan pembaca. Baru Anda seorang yang menertawakan kelucuannya.

    Mengenai “hukum rimba”, terima kasih telah diingatkan. Kami sadar bahwa dakwah itu senantiasa ada musuhnya. Selalu saja ada orang yang tidak rela menyaksikan kita mengajak orang lain ke arah kebaikan. Sudah berulang kali kami mendapat teror, ancaman pembunuhan, hack, dan sebagainya. Namun sebagaimana yang dituntunkan oleh para nabi dan rasul, kepada Allah lah kita bertawakkal dan memohon pertolongan.

    Wallaahu a’lam.

  18. assalamu’alaikum…..

    dah lama gak ke sini, ternyata makin rame.

    alhamdulillah blog ini bisa menjadi majelis ilmu. semuanya saling berdiskusi, bertukar pendapat dan pikiran. mudah2an rahmat Allah terus mengalir ke majelis ini karena Allah pun lebih menyukai majelis ilmu daripada majelis dzikir (kata Rasul). amin….

    ayo semuanya, jangan biarkan pikiran negatif menyerang kita!! tetap kedepankan ukhuwah!!

    wassalamu’alaikum

  19. Assalamu’alaykum…
    Komen penutup malam ini

    Emang tindakan seseorang bakalan bergantung pemahaman. Dari situ juga bisa muncul banyak kategori, ada orang munafik, ada orang fasik, dan ada yang benar-benar beriman.

    Satu hal yang nyeremin menurut ana, jika seseorang sudah tahu dirinya melakukan kesalahan, tapi tetap melakukannya, dan bahkan berusaha melakukan manipulasi untuk mencari pembenaran atas kesalahan itu.

    Semoga blog ini dengan semua kekerenannya bukan blog yang bisa memberikan dalil untuk orang-orang seperti itu dalam melakukan pembenaran atas kesalahan yang mereka perbuat.

    Syukron ya om…blognya keren, bikin mikir
    Dan tentu saja…
    Semakin banyak kita berpikir, Insya Allah kita akan semakin jeli untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

    Kebenaran Datangnya dari Allah
    Selamat berkarya.

  20. Assalamualaikum….

    wow, aku hanya kadang2 masuk blog ini, tp diskusinya semakin bisa buat kita menyadari bahwa kita masih perlu banyak belajar tentang islam yg rahmatan lil alamin..
    Tanpa bermaksud berpihak, ini semua kembali ke niat dan hati nurani kita, dalam “pacaran islami” ato “tidak pacaran islami” siapakah yang akan dirugikan atau siapakah yg akan diuntungkan..
    Selama itu membawa pacaran islami” ato “tidak pacaran islami” kebaikan Dunia dan akhirat kenapa harus kita cela dan cemooh,Bukankah seorang yang mencela saudaranya sesama muslim seperti memakan bangkai…
    Nauzubillah..

  21. Assalaamu’alaikum.. Sya ga comment bnyk2 kq’.. Nyok’ bareng2 qta gapai rahmat n ridho Alloh dgn pa ja yg qta bsa.. U/yg lg ngejalin hub ma org yg di sayanginya.. Jgn brlebhan dah.. Qta do’a ja breng2 biar qta di jauhkan dari sgala dosa n qta mnta ptunjuk n bimbingan’a agar qta ga salah langkah dlm mnjalani khidupan dunia ini.. Nyok qta gunakan rsa syang u/bribdah kpd Alloh..Jgn skali2 gunkan rsa syang u/ma’siat kpd yg Maha Penyayang.. Yaa muqolliba al-qulub tsabbits qolbi ‘ala diinika wa tho’atika wa ‘ala mahabbatika

  22. Mf klo pndpat sya slah.. Bimbing lah, Sya mmang msh prlu bnyk bljar.. Mhon di tangg

  23. @ radurman, nina, limadza
    Terima kasih atas pengertiannya, juga nasihatnya.

    @ Ichwan.
    Doamu indah, nasihatmu menawan. Semoga Allah SWT membalas kebaikanmu itu dengan yang lebih baik. Amin.

  24. kayaknya kesimpulan tulisan di atas tuh,
    utamakan azas manfaat,
    ambil yang baik jangan ambil yang buruk

    untuk yang tidak bisa menjaga hati dan otaknya saat berdekatan, ato ga usah deketan deh, ngeliat akhwat aja ya mending lakukan apa yang antum pikir benar karena menurut antum itu mendekati zina..

    ujung-ujungnya mengenal perempuan adalah memahami seutuhnya manusia (ya jelas aja, kromosom X mereka ada dua gitu, kromosom laki-laki kan cuma ada X satu aja, itu juga ditemenin kromosom cacat Y) dan ilmu memahami perempuan ga diajarin oleh institusi manapun dan sejenius apapun manusia, ga akan semudah dan secepat itu memahaminya.. faktor positifnya, buang faktor negatif lainnya!

    selain itu, gw ga pacaran untuk berzina, naudzubillah banget kalo ternyata ada yang berpikiran tujuan pacaran sehina itu..

    segitu aja mngkin pandangan bodoh saya..
    yang benar datangnya dari Allah, ana hanya mensintesis tanda-tandanya..
    jazakallah

    *mohon feedbacknya mas sodik
    salam kenal, nama saya juno

  25. @ juno
    Salam kenal juga.
    Penjelasanmu bagus sekali. Mendorong kita untuk mempertimbangkan banyak hal. Itu merupakan pelajaran berharga bagiku dan bagi para pembaca lainnya.
    Terima kasih.

  26. assalamualaikum wr wb. bagus juga, ane suka banget sama ulama seperti Imam Ibnul Qoyyim. membahas sesuatu yang jarang dibahas ulama lain. sebagai bahan referensi dan ilmu buat para pemuda pemudi Islam yang di zaman ini udah banyak terpengaruh budaya kafir, salah satunya adalah budaya pacaran. katanya itu simbol cinta, padahal cuma melambangkan nafsu belaka. Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kesucian cinta itu dengan mencintai hanya kepada Allah dan mencintai karena Allah.

  27. Assalamu’alaikum. Manis sekali kata-kata dan data-data yang saudara tampakkan dalam web site saudara. Semua komplit dan seolah-olah semuanya bermuara pada satu arah: Pacaran Islami, Ayuk Lakukan!!. Ingatlah saudaraku, ada dua macam ulama; ulama akherat dan ulama suu’. Saya tidak sedang menghakimi anda, karena hakim yang paling berkuasa hanyalah Sang Maha Kuasa. Saya menghargai perjalanan intelektual anda dalam menemukan kebenaran. Namun ingatlah, kembalilah kepada fitrahmu, fastafsi ‘ala qolbik, tanya ke hatimu yang paling dalam, sudahkah konsep pacaran yang dijalankan baik orang jaman dahulu dan terlebiih zaman modern ini tidak melanggar koridor syara’??? Nggak usah terpaku pada terma, lihat ma’nanya, substansinya, bagaimana hal itu dilakukan. Wahai sahabatku, takutlah pada Allah. Sesungguhnya seluruh penjelasanmu tentang pembolehan hubungan pra-nikah/ pacaran akan yang telah diikuti banyak orang kelak akan ditanyakan dalam pengadilan oleh Dzat Yang Maha Adil. Saya hanya sarankan kepada saudara untuk terus belajar dan belajar. Pertebal rasa takut kepada Allah dan jangan hanya memperbanyak berdebat dan beretorika dengan segudang alasan yang menopang ketakjuban atas pendapatmu sendiri. Ada baiknya juga, saudara merujuk kembali ke kitab Raudhotul Muhibbin yang asli, bukan terjemahan sehingga jelas apa yang diinginkann sang penulis. Lihat juga arahan dari para murid, guru dan sahabat2 Ibn Qoyyim, benarkah Ibn Qoyyim seorang ulama besar sepanjang zaman membolehkan hubungan dua sejoli yang belum terikat dalam pernikahan untuk saling melampiaskan nafsu ‘cinta’nya?.Sungguh, inna fil bayaani lasihr.

  28. Bang Shodiq, belajar…belajar…Nggak suka debat. Kayaknya terlihat sepintas blog Bang Shodiq juga berusaha mendebatnya. Konsisten Bang, katakanlah sejujurnya…

    • @ duniabaruku
      Terima kasih atas nasihatnya.
      Pengertian kita tentang “debat [kusir]” dan “saling memberi nasihat” (wa tawa shawbil haq) mungkin berbeda. Karena itu, aku memaklumi penilaianmu terhadap diriku.

  29. semoga Allah menghancurkan orang2 berpemikiran menyimpang, menyesatkan umat seperti anda…
    diq, koen termasuk Jaringan Iblis La’natullah kayaknya…

  30. lebih parah daripada pornografi ini…
    pornografi, judi, Miras orang2 sadar itu salah… termasuk penikmatnya
    lha ini… ngrusak tapi dibungkus kata2 Islam…
    makanya dikatakan ahlul bid’ah susah tobat kalo modelnya sudah kronis…
    semoga Allah melindungi diriku dari org seperti anda…

    • Wahai Ramadhan Mustofa, bertindak sopanlah selaku tamu blog ini sebelum para pengunjung lain meminta kami mengusir Anda.
      Ataukah kegemaran Anda terhadap mobil-mobil mewah membuat hati Anda membeku dan kehilangan rasa kasih-sayang terhadap saudara-saudara kita sesama muslim?

  31. Ping-balik: Luar biasa!! Seorang lelaki muda mengakui kesalahannya dan minta maaf kepadaku. « Tanazhur PraNikah

  32. @yang pada menghujat saudaranya.

    sesama muslim tidak baik saling menghujat, kalau memang saudara kita menurut anda salah, kenapa tidak diingatkan dan diluruskan dengan baik, ia pun tidak menghujat anda-anda yang berbeda pendapat dengan anda kan…??

    ia memberi pendapat dengan alasan, kenapa tidak dikoment dengan alasan juga, ia mengemukakan pendapat dengan dalil, kenapa tidak ditanggapi dengan dalil juga…

    Terkadang saya hanya prihatin dengan cara anda-anda berdakwah dengan keras mengatakan ini itu HARAM, TIDAK BOLEH, HINDARI, tanpa memberi solusi dan pandangan yang lebih mudah diterima oleh orang lain…

    sehingga akibatnya orang yang memang pada dasarnya niat ingin lebih “beriman”, yah, lebih mudah masuk, sementara yang masih bimbang jadi malah menjauhi dan enggan mendekatinya…
    sampai2 ad seorang teman yang diajak kajian mengatakan “aq ga mau ikutan wis, takut ikut jd tukang nge-bom”, miris hati mendengarnya, padahal teman tersebut shalat nya masih rajin.

    afwan pak shodiq kalau saya ikutan berkoment panjang yang bukan bahasan artikel diatas… sekli lagi afwan 😉

  33. dan menanggapi yang menganggap hubungan muda-mudi selalu identink dengan zina dan seolah-olah selalu beorientasi kesana,

    Jangan membuat daerah fikir sesempit itu apalagi jika anda belum pernah mengalami menjalin hubungan dengan lawan jenis bahkan sangat menutup diri dari hal tersebut. karena akan susah memahami bahasan ini dari sudut pandang muda-mudi yang pernah menjalaninya.

    masih banyak anak muda yang menjaga kisah cintanya dengan tidak mau mengotori dengan perbuatan zina, menjaga sikapnya, dan selalu berusaha membawa ke jenjang pernikahan dengan baik.

    saya sependapat dengan pak shodiq, hargailah mereka yang berusaha mengekspresikan fitrah dari Allah dengan baik, daripada mereka yang mengekspresikan cintanya dengan hal-hal buruk.
    (apa anda juga akan menyalahkan siti khadijah yang menaruh simpati dan perhatian kepada Rasulullah, padahal yang memberikan rasa tersebut adalah Allah.SWT) 🙂

    kita sama-sama belajar, jadi juga sama-sama saling mengoreksi…

  34. innalillahi wa inna ilaihi raji’un
    semakin dekat kiamat, ya….
    seperti yang dikatakan Rasulullah SAW, akan datang masa dimana umat islam itu seperti buih di lautan, mereka banyak tapi lemah. mereka saling berdebat tentang suatu hal yang sudah pasti hukumnya, admin, siapapun anda, saya sudah baca sedikit tulisan di blog ini, yang saya tangkap anda berusaha untuk menjustifikasi pacaran dengan mengembelinya dengan kata islami, bukannya sudah jelas pak, pacaran islami itu ya pacaran setelah menikah, bukannya pacaran pra nikah, kenapa sih orang-2 ini begitu keukeuh membela kebathilan?? heran saya, orang semakin pintar, kok semakin nyeleneh begini ya?
    fikirkan lagi, pak….dengan hati nurani, jangan sampai tanah yang kita injak ini menyesali kehadiran kita di dunia

    • @ Nendra Susanti
      Makna asli pacaran adalah persiapan nikah. Kalau ada yang “pacaran” setelah nikah, maka itu bukanlah pacaran yang sebenarnya. (Sebenarnya, hal ini sudah seringkali aku utarakan di blog ini. Silakan baca artikel-artikel terkait di blog ini, minimal halaman “Wajib Baca“.)

        • @ firda
          Makna asli “pacaran” adalah “persiapan sebelum menikah”. Kalau ada yang “pacaran setelah menikah”, pastilah itu bukan pacaran yang sebenarnya.

  35. subhanallah, Maha Besar Allah yang telah mengkaruniakan kita otak, akal untuk berpikir. tapi jangan sampai kita terlalu mengandalkan pikiran. bertanyalah pada hati, nurani yang terdalam..

    setelah melihat blog anda, sepertinya pemikiran anda terlalu superfisial saja. kurang dikaji lebih dalam dan terlalu memaksakan untuk menghalalkan nafsu, pacaran islami..Islam itu nggak ada yang namanya pacaran.. pacaran itu mendekatkan kita dengan zina.. zina hati??

    cinta itu halal dan fitrah. zina itu haram dan dosa. so, kalo memang sudah siap nikah, ya langsung khitbah aj dan nikah. jangan pacaran..

    susah deh, kalo sudah terkena ghawzul fikr kayak gni..
    dan jangan menghalalkan sesuatu atas nama islam… pacaran islami.. mencuri islami aja sekalian

    afwan atas sgala khilaf..
    saya hanya mengungkapkan pikiran saya saja

    • @ firda
      Kau sudah “melihat” blog ini? Melihat seberapa dalam? Kayaknya kurang dalam, deh. Soalnya, semua yang kau persoalkan itu sudah pernah kami bahas. Paling tidak, simaklah halaman “Wajib Baca” beserta artikel-artikel terkait. Bahkan, artikel Fiqih Pacaran di atas yang sedang kau komentari ini pun tampaknya belum kau baca sama sekali. Kalau memang sudah membaca, jawablah: Bagian manakah yang menunjukkan bahwa pacaran islami ala Ibnu Qayyim itu mendekati zina?

  36. Deu,seru bgt debatny…
    Smp pusing yg baca.

    Kl ngikut 7 aturan d artikel,tu sih bkn pacaran,kl q nyebutny pendekatan sblm nikah (ta’arruf) gt

    ky’ny g asing ma pmilik blog nie,p’nah liat nmany d tko bku,tlong kl unt hal ini jgn pke kata pacaran,’pacaran’ terkesan unt acara senang2 j,bkn p’siapan unt nikah

    Makasih ^_^

  37. Alhamdulillah ketemu blog ini, padahal udah rajin ngeblog setahun belakangan tapi baru ketemu sama blog ini… duh…
    sedikit berpendapat mengenai fiqih Islam dalam berpacaran, bahwasanya sangatlah mudah ketika kita berbicara dalam ranah konstektual seperti ini, tapi tahukah Anda bahwa di luar sana syaitan benar-benar mengincar celah kosong yang ada dari dua insan yang menjalani hubungan?
    bukannya saya menolak akan istilah pacaran Islami, namun menurut penngalaman yang sudah saya alami sendiri, sangatlah sulit untuk menjalankan pacaran Islami ini. di satu sisi kita diperbolehkan menyatakan cinta kita terhadap lawan jenis, namun di sisi lain timbul perasaan-perasaan dan keinginan untuk membuktikan secara konkrit kepada lawan jenis rasa cinta yang kita miliki terhadapnya dalam sebuah perbuatan dan biasanya menjurus kepada perzinahan (jalan berdua, nonton berdua, malam mingguan berdua, dst), padahal hubungan diantara keduanya belum halal. jadi intinya berpacaran Islami pun memiliki resiko yang teramat tinggi.
    Solusi yang saya tawarkan dan sedang saya latih sekarang adalah dengan berpuasa dengan tetap membuka hati saya terhadap datangnya cinta, saya berlatih untuk berpuas diri hanya dengan menjadi secret admirer terhadap gadis yang saya kagumi atau bahkan saya cintai selama saya belum siap untuk menikah, dan tentu sambil dengan sekuat tenaga mempersiapkan diri (belajar ilmu agama, dan belajar ilmu duniawi) untuk menjadi imam yang baik.
    Secret admirer disini berarti dengan sepenuh hati mencari informasi tentangnya, atau mungkin sesekali berinteraksi dalam kerangka pekerjaan atau apapun dalam kondisi tidak berduaan dan sambil menilai seperti apakah gadis yang saya cintai ini.
    jadi menurut saya intinya adalah mengetahui kemampuan diri masing-masing, yang ngerasa bisa menahan hawa nafsu bahkan saat berduaan saja ya monggo, tapi ingat fitnah bisa timbul sekalipun tiada perbuatan nista di sana. Dan bagi orang-orang yang sadar bahwasanya dirinya sulit dikendalikan seperti saya ini, ya mending berpuasa dan jangan sampai berada dalam kondisi berduaan saja (pun menjalankan pacaran islami), karena kita tidak cukup hanya beriman dan bertaqwa dalam islam. Tapi juga berhati-hati dalam menjalankan iman dan taqwa itu sendiri.
    satu lagi, kita gak perlu takut cinta kita bertepuk sebelah tangan atau keduluan orang lain (karena memilih jadi secret admirer doank dan tidak memilih pacaran islami ~seperti saya~), pun bila demikian kejadiannya berarti dia bukanlah jodoh kita, dan InsyaAllah Sang Kholik sudah menyediakan jodoh yang selevel dan sesuai untuk kita dan gak bakalan ketuker, so trust Our Beloved Allah.

  38. Saya sependapat dengan anda pak. Menurut saya, yang jelas-jelas dosa adalah zina. Jadi bukan masalah jika pacaran dilakukan, asalkan tidak melanggar syari’at. Teliti kembali niat dan tujuan dari apa yang akan dilakukan, misalnya pacaran, jika dengan niat dan tujuan untuk menikah, menikah adalah suatu upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka sah-sah saja lah. Lalu misalnya ta’aruf, jika dengan niat yang macam-macam atau membangkitkan birahi, maka itu adalah dosa. Jadi, mau pacaran, ta’aruf atau istilah lainnya, kalau niatnya salah, ya salah juga perbuatannya. Jadi, tinjau kembali niat dan syariatnya.

    Untuk para pembaca dimohon untuk memberikan suatu komentar yang ilmiah, objektif, disertai bukti-bukti yang kongkrit. Jangan bersifat subjektif dalam menghadapi suatu persoalan. Sudah belajar metode ilmiah kan di SMA??. Masalah anda setuju atau tidak, melakukan atau tidak, itu terserah anda. Antum barii’uuna mimma a’malu wa ana barii’un mimma ta’maluun. Kamu terlepas atas apa yang aku perbuat, dan aku terlepas dari apa yang kamu perbuat.

Komentar ditutup.